iseng- iseng buat cerpen, sekalian buat tugas bahasa indonesia ku ahhh...
Ayahku Hilang Dalam Ekspedisi
Malam gelap sunyi dan sepi. Malam ini mencerminkan suasana hati Mira, gadis 17 tahun yang sedang menangis. Mira adalah sesosok gadis yang kuat, dan pantang menyerah. Namun entah mengapa kali ini dia begitu rentan.
Ayahku Hilang Dalam Ekspedisi
Malam gelap sunyi dan sepi. Malam ini mencerminkan suasana hati Mira, gadis 17 tahun yang sedang menangis. Mira adalah sesosok gadis yang kuat, dan pantang menyerah. Namun entah mengapa kali ini dia begitu rentan.
Gang Mawar. Iya itu adalah gang dimana rumah Mira berada. Terletak diantara perumahan– perumahan mewah dan elit. Kontras dari perumahan mewah, gang mawar adalah sebuah gang kecil dan sempit. Walaupun berbeda dengan perumahan, tetapi gang mawar mempunyai masyarakat yang ramah, tentram dan bahagia.
Mira. Siswi kelas XI IA SMA Harapan Bangsa ini terlihat begitu terpuruk. Seusai kematian ayahnya, dia seakan tak mempunyai semangat untuk hidup. Jiwanya masih belum dapat menerima kenyataan bahwa ayahnya telah tiada.
Empat hari lalu, ia bersama ayah, bunda, dan teman- teman satu tim-nya melakukan sebuah ekspedisi penyusuran sebuah goa di luar kota. Ekspedisi tersebut di mulai sekitar pukul 10.12 WIB. Goa tersebut sangat gelap, dan terdapat sungai dibawahnya. Sehingga mereka harus berjalan diatas sungai untuk menyusuri goa. Awalnya berjalan lancar dan menggembirakan. Ia, orang tua dan teman-temannya sangat menikmati ekspedisi ini.
Pak Bagas, ayah Mira berjalan diurutan terdepan kemudian disusul oleh Mira, Bu Rasti (ibu Mira), dan teman-teman Mira. Meraka berjalan berurutan satu per satu karena mulut goa hanya cukup untuk satu orang. Barisan yang panjang dan mengular ini memunculkan suatu kesan tersendiri bagi mereka yang menjalaninya. Suasana riang pun masih terasa dalam setengah perjalanan.
Tiba-tiba, terdenagar teriakan dari barisan belakang. Pak Bagas pun spontan terkejut. Beliau kemudian menengok ke belakang untuk melihat apa yang terajadi. Ternyata salah seorang teman Mira tergelincir jatuh. Pak Bagas sebagai orang tertua dalam ekspedisi ini harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Setelah melalui berbaagai tahap akhirnya teman Mira berhasil diselamatkan, marekapun dapat melanjutkan ekspedisinya kembali. Kali ini Pak Bagas yang menjadi sweepper dan berjalan di barisan paling belakang.
Sampailah meraka di suatu tempat dimana dibutuhkan skill dan energy yang sangat banyak. Treknya sangat curam dan licin. Satu per satu meraka dapat melewati trek tersebut. Sekarang sampailah pada giliran Pak Bagas untuk melewatinya. Ia memang gesit dan lincah, namun energinya sudah terkuras untuk menolong teman Mira yang tergelincir. Ia meminta waktu untuk beristirahat kepada rekan –rekan lainnya, rekannyapun menyetujuinya. Kondisi fisik Pak Bagas sekarang sudak tidk memungkinkan lagi. Setelah istirahat, ia mencoba untuk melewatinya lagi, tetapi masih gagal. Ia rasa hari sudah semakin sore, ia memaksakan dirinya untuk melewati trek itu. Dikarenakan trek itu licin dan kondisi fisiknya yang sudah lemah, Pak Bagas mulai terlihat tidak stabil. Spontan rekan- rekannya berteriak, mereka hanya dapat berteriak karena terpisahkan oleh sungai yang sangat dalam dan Pak Bagas menolak untuk di tolong karena ia takut ada korban lagi.
Kondisi fisiknya semakin lama semakin lemah. Keseimbangannya mulai berkurang. Dan tiba- tiba “Bruukk…”, jatuhlah Pak Bagas. Anak dan istrinya langsung berteriak dan menangis. Kemudian salah seorang teman Mira turun untuk mengecek kondisi fisik Pak Bagas.
“pak.., apakah anda masih bisa mendengar suara saya?” kata teman Mira sambil memegang badan dan kepala Pak Bagas.
“ii..ii..iyyyaa nak. Sssa..sssaayya masihh bii….ssa mennndenggarr.” Pak Bagas sudah setengah sadar.
Setelah dicek, ternyata kepala Pak Bagas terbentur batu dan mengalami pendarahan. Kakinya tidak dapat di gerakkan lagi. Nafasnya sudah terengah-engah.
“woyyyy…” teriak teman Mira yang ada bersama Pak Bagas. “cepet satu atau dua orang dari kalian keluar, panggil petugas medis untuk menyelamatkan Pak Bagas.!”
Bergegas dua orang melanjutkan perjalanan dan kembali sudah bersama petugas medis. Sementara itu, Mira, Bu Rasti dan teman- teman lainnya segera turun untuk menyelamatkan Pak Bagas.
Petugas medis pun datang. Pak Bagas berhasil dibawa keluar dari goa, namun setelah di luar goa nyawa Pak Bagas telah tiada. Kaki Pak Bagas patah, kepalanya yang terbentur telah mengeluarkan banyak darah.nyawa Pak Bagas tidak dapat diselamatkan lagi.
Sejak di dalam goa sampai Pak Bagas berhasil diselamatkan, Mira dan Bu Rasti tak henti- hentinya menangis. Mereka tidak pernah mengira bahwa ekspedisi ini akan membuatnya kehilangan sosok yang mereka cintai.
Sejak saat itulah Mira tidak pernah terlihat bahagia. Ia selalu terpuruk walaupun teman- teman dan keluarganya telah menghiburnya.
----tak pernah ku sangka, q bisa buat cerpen kaya gni.. n setelah dinilai, ni cerpen dapet nilai 9 dari guru ku..---- :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar